
"Apa yang sudah dilakukan pemerintah maupun aktivis untuk para ODHA?, saya rasa belum maksimal. Masih banyak hak para ODHA yang belum diperjuangkan. Misalnya hak kesehatan, hak untuk mendapat perlakuan yang sama dan masih banyak yang lainnya. Mereka (ODHA), sebut Boy bukan parasit, tapi mereka hanyalah korban dari ketidaktahuan akan penyakit yang belum ditemukannya obat untuk membunuh virus tersebut," ungkapnya kepada medanbagus.com, Senin (1/12/2014).
Sementara itu Konselor Yayasan Galatea Medan yang kesehariannya bertugas menerima keluh kesah para ODHA, Nanang A Lubis menyebutkan, banyak di antara ODHA yang harus di dampingi ketika meminta pelayanan kesehatan di Puskesmas maupun rumah sakit rujukan. Jika tidak, maka mereka akan dianggap sebagai beban.
"Setiap minggu ada saja ODHA yang minta di dampingi untuk meminta layanan kesehatan di puskesmas atau rumah sakit rujukan. Karena sulit bagi mereka untuk bertahan tanpa adanya dukungan obat untuk bertahan hidup. Untuk itu lah kami menghimbau kepada pemerintah agar para ODHA juga diperhatikan. Mereka itu juga sama seperti kita. Yang membedakan itu hanyalah sistem kekebalan tubuh," punkasnya.[rgu]
KOMENTAR ANDA