post image
KOMENTAR
Presiden Jokowi mengisi akhir pekan dengan beraktivitas di kampung halamannya Solo, Jawa Tengah. Pagi-pagi, eks Walikota Solo itu jalan santai di acara hari bebas kendaraan bermotor. Siangnya, Jokowi menghadiri penyerahan sertipikat tanah kepada warga. Di sana, dia kembali menegaskan komitmennya memberantas pungli di semua bentuk pelayanan masyarakat. Tak hanya yang jutaan atau ratusan ribu. "Urusan sepuluh ribu pun akan saya urus," tegas Jokowi.

Pagi-pagi sekali, Jokowi dan Ibu Iriana mengejutkan warga Solo yang sedang beraktivitas di acara Car Free Day, Jalan Slamet Riyadi, Solo. Warga yang sedang olahraga atau jalan santai berbondong berebut salaman dan foto bareng. Jokowi dan istri ramah melayani permintaan itu.

Jokowi tak sendiri. Ikut mendampinginya Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan Walikota Solo FX Hadi Rudyatmo. Jokowi tiba di Solo sehari sebelumnya untuk meninjau pembangunan Jalan Tol Solo-Kertosono Km 23 di Desa Waru, Karang Anyar.

Satu setengah jam menyapa warga, Jokowi kembali ke kediamannya. Siangnya, Jokowi geser ke Lapangan Kota Barat menghadiri penyerahan sertipikat tanah Program Strategis 2016 kepada 3.515 warga dari seluruh Jawa Tengah. Program ini untuk memberi sertipikat kepada tanah milik warga yang belum memiliki surat resmi.

Usai penyerahan simbolis, Jokowi menyampaikan sambutan. Isinya, dia kembali menegaskan komitmennya untuk memberantas pungli. Kepada jajarannya, Jokowi mengingatkan tidak main-main saat melayani masyarakat. Dia akan ikut mengawasi semua pungli yang ada di semua instansi.

Tak peduli berapa besarannya. Jokowi pun bercerita saat memantau tangkap tangan di Kemenhub beberapa hari lalu, dia mendapat kritikan karena jumlah pungli yang diamankan tidak besar. Dia menegaskan, ini bukan persoalan uang, tapi pelayanan masyarakat.

"Bukan 500 ribu atau sejuta. Urusan sepuluh ribu pun akan saya urus. Akan saya awasi. Kecil-kecil tapi meresahkan, kecil-kecil tapi menjengkelkan. Kita harus membangun sebuah budaya yang baik, budaya kerja yang cepat," tegasnya.

Sebagai langkah awal, kata dia, pemerintah sudah membentuk tim Sapu Bersih Pungli yang dipimpin Menkopolhukam Wiranto.

"Kalau urusan yang gede-gede, yang miliar, yang triliun, itu urusan KPK, iya nggak? Tapi yang urusan kecil-kecil biar urusan saya. Urusan 10 ribu juga nggak apa-apa," ungkapnya.

Untuk hasilnya, Jokowi meminta masyarakat bersabar. Sebab, pungli saat ini sudah ada di berbagai sektor. Dia mengaku setiap hari mendapat banyak pengaduan soal pungli. Dari yang ratusan ribu hingga jutaan. Mengakhiri pengarahannya, Jokowi berpesan agar memanfaatkan sertipikat sebaik-baiknya dan digunakan untuk hal-hal yang bersifat produktif.

Jangan sampai dijual atau digadaikan untuk hal yang tidak produktif. "Utang untuk beli kendaraan, untuk beli mobil nggak boleh. Apalagi seperti kata Pak Gubernur, jangan dipakai untuk nambah istri. Awas," kata Jokowi dalam logat Jawanya, yang disambut tawa dan tepuk tangan.

Sebelumnya, Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah mengkritik gaya Jokowi yang ikutan nimrung saat ada operasi tangkap tangan kepada PNS di Kemenhub. Dia menilai, tugas kepala negara semestinya lebih dari itu. Dia bilang, pungli adalah gejala. Karena itu, Presiden jangan terlalu sibuk ngurusin gejala. Karena tak mungkin ngurusin gejala yang jumlahnya ribuan. Fahri menyarankan Jokowi lebih fokus mengatasi akar masalah dari pungli.

Guru Besar Hukum UGM Prof Sudjito mengatakan, tak salah kalau masyarakat meragukan ketulusan pemerintah memberantas pungli. Masyarakat meragukan karena sudah tahu jawabannya saat mengakses pelayanan publik seperti bikin SIM, STNK, dsb.

"Hanya kebohongan bila untuk urusan demikian bebas pungli," kata Sudjito.

Kata dia, pungli kejahatan sosial. Tidak cukup dan tidak proporsional bila semata-mata ditimpakan kesalahan pada aparat pemerintah, polri atau birokrat lain. Masyarakat juga salah. Orang boleh saja seribu kali menyatakan pungli itu jahat, melanggar hukum dan pelakunya masuk neraka. Tetapi realita empiris menunjukkan masyarakat, para politisi, pengusaha, investor, pengacara dan tokoh-tokoh elite lain masih gemar, hobi, suka, pat-gulipat, kong-kalingkong dalam urusannya masing-masing.

"Semua itu varian dari pungli. Di situ, kekuatan irasional-primordial muncul secara masif dalam bentuk 'kepercayaan', bahwa pungli, suap menyuap, dan sejenisnya, mampu menjadi solusi atas masalah masing-masing," ungkapnya.[rgu/rmol]

LPM dan FKM USU Gelar Edukasi Kesahatan dan Pemberian Paket Covid 19

Sebelumnya

Akhyar: Pagi Tadi Satu Orang Meninggal Lagi

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Peristiwa